Harga minyak mengalami rebound hari ini setelah mengalami penurunan berturut-turut, dengan persediaan minyak mentah dan bahan bakar AS dilaporkan menurun. Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman September mengalami kenaikan 46 sen, mencapai $81,47 per barel, sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk bulan yang sama naik 42 sen menjadi $77,38 per barel.
Pergerakan harga ini terjadi setelah sebuah laporan dari American Petroleum Institute (API) mengindikasikan penurunan stok minyak mentah, bensin, dan hasil sulingan AS pada minggu lalu. Menurut API, persediaan minyak mentah turun 3,9 juta barel untuk pekan yang berakhir pada hari Selasa, menandai penurunan empat minggu berturut-turut sejak September 2023. Stok bensin turun 2,8 juta barel, dan persediaan distilat turun 1,5 juta barel.
Sebelum kenaikan ini, WTI telah turun 7% selama empat hari sebelumnya, dan minyak mentah Brent telah turun hampir 5% dalam tiga hari sebelumnya. Perputaran harga minyak diredam oleh ekspektasi gencatan senjata di Timur Tengah, dengan pembicaraan antara Israel dan Hamas yang sedang berlangsung. Diskusi-diskusi ini telah difasilitasi oleh Mesir dan Qatar, mengikuti rencana yang diusulkan oleh Presiden AS Joe Biden pada bulan Mei.
Pasar saat ini sedang menunggu data resmi pemerintah mengenai persediaan minyak, yang dijadwalkan akan dirilis hari ini. Data ini akan memberikan gambaran lebih lanjut mengenai tren yang mempengaruhi tingkat stok minyak di Amerika Serikat.
Selain itu, harga minyak sebelumnya mencapai level terendah dalam enam minggu pada hari Selasa, dengan minyak mentah Brent ditutup pada level terendah sejak 9 Juni, sebagian disebabkan oleh negosiasi gencatan senjata. Kekhawatiran akan potensi perlambatan ekonomi di China, importir minyak mentah terbesar di dunia, juga berkontribusi pada tekanan turun sebelumnya pada permintaan dan harga minyak.