Investing.com — Harga minyak naik dalam perdagangan Asia pada hari Selasa, pulih sebagian kecil dari kerugian baru-baru ini karena para pedagang tetap waspada terhadap perlambatan permintaan di tengah perang dagang yang dipimpin AS yang semakin meningkat.
Harga minyak telah anjlok ke level terendah empat tahun dalam beberapa sesi terakhir, setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan tarif timbal balik yang tinggi pada beberapa ekonomi utama. Tarif Trump dijadwalkan akan berlaku mulai hari Rabu.
Titik perhatian khusus bagi pasar minyak adalah meningkatnya ketegangan perdagangan antara China dan AS, setelah Beijing membalas tarif terbaru Trump dan bersumpah untuk “berjuang sampai akhir” jika presiden semakin meningkatkan tarifnya.
Pasar khawatir bahwa tarif Trump akan mengganggu pertumbuhan ekonomi global dan merugikan permintaan minyak. Kekhawatiran yang meningkat tentang resesi AS menambah gagasan ini.
Kontrak berjangka minyak mentah Brent yang berakhir pada Juni naik 1,1% menjadi $64,93 per barel, sementara Kontrak berjangka minyak mentah West Texas Intermediate naik 1,3% menjadi $61,21 per barel pada pukul 02:15 GMT.
Tarif Trump, Pembalasan China Menjadi Fokus
Trump pada hari Senin mengancam untuk mengenakan tarif tambahan 50% pada China jika Beijing tidak membatalkan tindakan pembalasannya baru-baru ini.
Namun Beijing mengecam ancaman ini, memperingatkan eskalasi lebih lanjut dalam konflik perdagangan jika Trump tidak mundur.
Ancaman tarif baru Trump adalah “kesalahan di atas kesalahan,” kata juru bicara Kementerian Perdagangan dalam sebuah pernyataan.
Pada saat yang sama, Beijing juga terlihat sedang mempersiapkan dukungan ekonomi lebih banyak untuk mengimbangi dampak tarif Trump. Laporan menyebutkan China sedang mempertimbangkan untuk mempercepat langkah-langkah stimulus yang direncanakan, sementara People’s Bank juga berjanji lebih banyak dukungan likuiditas untuk pasar lokal.
China adalah importir minyak terbesar di dunia, meskipun permintaan minyak mentah di negara tersebut telah terus menurun dalam beberapa tahun terakhir karena kelemahan ekonomi yang persisten. Tarif Trump berpotensi meningkatkan tren ini.
Namun Beijing juga diperkirakan akan meningkatkan upaya stimulusnya sebagai respons terhadap tarif baru.
Ketegangan Timur Tengah, Rusia-Ukraina Berlanjut
Harga minyak melihat beberapa premi risiko dari ketegangan geopolitik yang terus berlanjut di Timur Tengah, karena Israel terus melakukan ofensif terhadap Hamas, sementara kelompok Palestina juga membalas serangan terhadap Yerusalem.
Gencatan senjata Israel-Hamas sebagian besar runtuh pada Maret di tengah perselisihan tentang pembebasan sandera oleh Hamas.
Di tempat lain, Rusia tampaknya mengulur-ulur waktu mengenai gencatan senjata Ukraina, di tengah upaya terus-menerus dari pejabat AS untuk membuat kesepakatan mineral dengan Kyiv sambil juga membawa Moskow ke meja perundingan.
Artikel ini diterbitkan oleh investing.com