Jumat pagi (1/11), harga Emas (XAU/USD) diperdagangkan pada kisaran $2,747 hingga $2,749 per ons setelah sempat anjlok dari $2,779 ke $2,734 pada malam sebelumnya. Penurunan ini terjadi seiring dengan dirilisnya data ekonomi AS yang relatif kuat, menambah ketidakpastian menjelang Pemilihan Presiden AS pada 5 November.
Data terkini menunjukkan angka pengangguran di AS menurun signifikan, mencapai level terendah dalam lima bulan terakhir menurut Departemen Tenaga Kerja AS. Selain itu, Indeks Harga Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE) Inti, yang menjadi acuan inflasi bagi Federal Reserve (The Fed), tetap stabil. Kestabilan ini semakin menekan harga emas, walaupun emas masih mencatatkan kenaikan lebih dari 4% selama bulan Oktober.
Ekspektasi psikologis pasar menjelang keputusan suku bunga The Fed minggu depan juga menambah kehati-hatian para investor. Bulan depan, para pelaku pasar telah memperhitungkan peluang sebesar 95% bahwa The Fed akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin. Sementara itu, data dari Chicago Board of Trade menunjukkan investor meramalkan pelonggaran The Fed sebesar 49 basis poin hingga akhir tahun ini.
Pasar emas juga dipengaruhi oleh ketidakpastian politik di AS dan ketegangan geopolitik di Timur Tengah serta konflik berkelanjutan di Ukraina. Meskipun Menteri Luar Negeri AS Anthony Blinken mengungkapkan “kemajuan positif” menuju gencatan senjata di Lebanon, ketidakpastian di wilayah tersebut tetap tinggi. Selain itu, ancaman balistik dari Iran yang diungkap oleh militer Israel menunjukkan bahwa kesepakatan damai masih jauh dari kenyataan.
Investor masih menjadikan emas sebagai aset safe-haven, terutama dengan adanya potensi kebijakan fiskal ekspansif dan tarif yang lebih tinggi dalam pemerintahan Trump, yang dapat mendorong inflasi jangka panjang.
Dengan perhatian tertuju pada laporan Nonfarm Payrolls malam ini, pelaku pasar mengantisipasi data yang bisa menentukan arah harga emas selanjutnya, sebelum Federal Open Market Committee (FOMC) bertemu minggu depan. Indeks Dolar AS, yang mengukur kekuatan Dollar terhadap enam mata uang lainnya, turun 0,18% ke 104,08, menunjukkan sentimen pasar yang terus berkembang dalam menghadapi kondisi ekonomi dan politik terkini.