Meningkatnya ketegangan di Timur Tengah, khususnya antara Israel dan Iran biasanya menjadi katalis kuat untuk harga emas, namun tidak kali ini. Naiknya tensi geopolitik kali ini hanya memberikan sedikit dukungan bagi emas sebagai aset safe-haven. Pada Selasa (8/10) 14.15 WIB, XAU/USD terlihat bergerak melemah tipis ke kisaran $2.637.
Eskalasi konflik terus meningkat meningkat setelah serangan roket oleh kelompok Hizbullah yang didukung Iran ke kota Haifa di Israel, yang direspons dengan serangan militer Israel ke Lebanon selatan. Peluang serangan balasan menargetkan objek-objek vital Iran juga menjadi narasi yang banyak dibahas terkait eskalasi konflik kali ini. Meski potensi eskalasi konflik ini dapat meningkatkan permintaan emas, namun reaksi pasar sejauh ini masih lemah. Namun, trader tetap perlu waspada atas kemungkinan berlanjutnya konflik yang dapat memberikan dukungan pada harga emas, meskipun efek signifikan belum terlihat.
Perlambatan Ekonomi China Menekan Permintaan Emas
Harga emas (XAU/USD) melanjutkan pergerakan dalam tekanan oleh faktor-faktor fundamental yang mixed. China, sebagai konsumen emas terbesar di dunia, menghadapi tantangan ekonomi signifikan. Laporan dari Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional (NDRC) China menunjukkan bahwa tekanan ke bawah pada ekonomi negara tersebut terus meningkat. Meskipun pasar ekuitas China dibuka kembali dengan kenaikan yang kuat setelah libur panjang, kurangnya langkah-langkah stimulus baru dari pemerintah membuat pasar cenderung kecewa, sehingga mengurangi daya tarik emas di pasar global.
Pengaruh Kebijakan Federal Reserve AS terhadap Harga Emas
Di Amerika Serikat, kebijakan Federal Reserve menjadi faktor penting yang memengaruhi harga emas. Investor sedang bersiap menghadapi volatilitas tinggi menjelang serangkaian laporan ekonomi yang krusial, termasuk notulen pertemuan FOMC dan data Indeks Harga Konsumen (CPI) serta Indeks Harga Produsen (PPI) yang akan terbit minggu ini. Beberapa pejabat The Fed mengisyaratkan kemungkinan perlambatan dalam langkah penurunan suku bunga, dan data tenaga kerja terkini bulan September yang memberi kejutan semakin menambah ekspektasi untuk pemotongan suku bunga sebesar 25 basis poin. Hal ini memicu penurunan harga emas, ditambah dengan kekuatan Dollar AS dan imbal hasil obligasi yang tetap tinggi.