Dolar Cenderung Stabil Pasca Melemah Dibebani Eskalasi Tensi Geopolitik

Indeks Dolar AS (DXY) bertahan di sekitar level 106.1 pada hari Rabu, setelah mengalami penurunan dalam beberapa sesi terakhir. Meskipun sempat menguat tajam akibat eskalasi ketegangan geopolitik dari konflik Rusia-Ukraina, dolar kembali menyesuaikan posisinya ketika ketegangan sedikit mereda dengan pernyataan Rusia yang berusaha menghindari perang nuklir.

Dinamika Geopolitik dan Respons Pasar

Ketegangan sempat memuncak ketika Presiden Rusia Vladimir Putin memperbarui doktrin nuklir negara tersebut, menurunkan ambang batas penggunaan senjata nuklir dalam serangan terhadap negara non-nuklir yang didukung kekuatan nuklir. Ini menambah ketidakpastian di pasar, mendorong dolar naik sebagai mata uang safe-haven. Namun, pernyataan selanjutnya dari Menteri Luar Negeri Rusia yang menekankan upaya untuk menghindari konfrontasi nuklir memberikan sedikit kenyamanan bagi para investor.

Sementara itu, izin AS kepada Ukraina untuk menggunakan rudal buatan Amerika Serikat untuk menyerang wilayah Rusia juga memperkeruh situasi, meskipun AS menyatakan tidak ada alasan untuk mengubah postur nuklirnya. Dolar sempat menguat kembali, tetapi segera terkoreksi seiring investor fokus pada prospek kebijakan suku bunga Federal Reserve di tengah ketidakpastian politik terkait pemerintahan Presiden-terpilih Donald Trump.

Pasar Mata Uang Asia dan Pengaruh Ekonomi Global

Di Asia, mayoritas mata uang bergerak dalam kisaran sempit dengan yuan Cina bertahan setelah People’s Bank of China mempertahankan suku bunga acuannya. Ketidakpastian atas kebijakan Trump mendorong investor untuk berhati-hati, meskipun ada dorongan stimulus dari pemerintah Cina yang juga mempengaruhi dolar AS.

Dolar Australia melemah setelah laporan defisit perdagangan Jepang yang lebih besar dari perkiraan, dengan perhatian beralih ke data inflasi konsumen yang diantisipasi. Sebaliknya, dolar Singapura menguat tipis terhadap dolar AS.

Prospek Kebijakan Fed dan Kondisi Ekonomi AS

The Fed terus menjadi pusat perhatian, dengan pendekatan hati-hati terhadap pemotongan suku bunga di tengah kondisi ekonomi AS yang kuat. Ketua Fed Jerome Powell bersama rekan lainnya menekankan perlunya memonitor inflasi dan pengangguran sebelum membuat keputusan lebih lanjut mengenai kebijakan moneter. Meskipun ekspektasi pemotongan suku bunga Desember sedikit menurun, dengan persentase prediksi pemangkasan turun menjadi 61% dari sebelumnya 62%, investor tetap menantikan pernyataan berikutnya dari para pejabat Fed.

Data terbaru menunjukkan penurunan pada pembangunan perumahan dan izin bangunan di AS, menambah lapisan kompleksitas terhadap keputusan Fed yang akan datang. Kombinasi dari situasi geopolitik yang berkembang dan data ekonomi yang beragam menjaga pasar mata uang dan para investor tetap waspada.

Secara keseluruhan, pergerakan dolar AS akan terus dipengaruhi oleh faktor geopolitik serta dinamika kebijakan moneter, dengan tekanan dari ancaman global dan evolusi kebijakan ekonomi yang terus menghadirkan risiko dan peluang sekaligus bagi para pelaku pasar.

Artikel ini diterbitkan oleh Investing.com

Artikel Terkait