Harga Minyak Turun Karena Data Persediaan AS Yang Beragam dan Data China Yang Lemah

Investing.com – Harga minyak turun di perdagangan Asia pada hari Kamis karena investor mencerna data yang menunjukkan peningkatan tak terduga dalam persediaan produk AS, sementara data ekonomi yang lemah dari importir utama China juga membebani.

Harga minyak mentah juga tertekan oleh penguatan dolar, karena sinyal hawkish dari Federal Reserve meningkatkan spekulasi bahwa bank sentral akan memangkas suku bunga pada tingkat yang jauh lebih lambat pada tahun 2025.

Brent oil futures yang akan berakhir pada bulan Maret turun 0,5% menjadi $75,79 per barel, sementara West Texas Intermediate crude futures turun 0,5% menjadi $72,30 per barel pada pukul 08:49 WIB.

Inflasi China terbaca rendah untuk bulan Desember

Inflasi indeks harga konsumen China tetap lesu di bulan Desember, sementara inflasi indeks harga produsen menyusut untuk bulan ke-27 berturut-turut, data menunjukkan pada hari Kamis.

Angka tersebut menunjukkan peningkatan terbatas dalam tren disinflasi berkepanjangan di China, bahkan ketika pemerintah membagikan langkah-langkah stimulus yang paling agresif hingga akhir tahun 2024.

China adalah importir minyak terbesar di dunia, dan telah menjadi sumber kecemasan utama bagi pasar minyak mentah. Para pedagang khawatir bahwa pertumbuhan ekonomi yang lemah di negara tersebut akan menggerogoti permintaan minyak.

Negara ini juga menghadapi potensi hambatan ekonomi dari pemerintahan Donald Trump yang akan datang di AS.

Trump telah bersumpah untuk memberlakukan tarif perdagangan yang tinggi terhadap Beijing.

Persediaan produk minyak AS meningkat tajam

Persediaan bensin dan hasil sulingan AS meningkat secara substansial lebih dari yang diperkirakan dalam sepekan hingga 3 Januari, data pemerintah menunjukkan pada hari Rabu.

Bensin Persediaan bensin naik 6,3 juta barel dibandingkan ekspektasi 0,5 juta barel, sementara sulingan naik 6,1 juta barel dibandingkan ekspektasi 0,5 juta barel.

Secara keseluruhan minyak mentah persediaan juga menyusut kurang dari yang diharapkan, yaitu 0,96 mb, terhadap ekspektasi 1,8 mb.

Peningkatan persediaan produk menandai peningkatan produk dalam delapan minggu berturut-turut, dan mendorong kekhawatiran bahwa permintaan di konsumen bahan bakar terbesar di dunia ini menurun.

Sementara cuaca dingin di negara ini mendorong beberapa permintaan untuk pemanas, hal ini juga mengganggu perjalanan liburan di beberapa daerah.

Penguatan di dollar juga membebani harga minyak mentah, karena greenback melonjak kembali ke level tertinggi lebih dari dua tahun di tengah sinyal hawkish dari Federal Reserve.

Dolar yang kuat menekan permintaan minyak dengan membuat minyak mentah menjadi lebih mahal bagi pembeli internasional.

Artikel ini diterbitkan oleh investing.com

Artikel Terkait