Investing.com – Sebagian besar mata uang Asia mengalami sedikit pemulihan pada hari Kamis karena dolar AS melemah setelah Presiden Donald Trump mengumumkan tarif 25% pada impor mobil.
US Dollar Index, yang mengukur greenback terhadap sekeranjang mata uang utama, turun 0,3% ke 104,27 setelah menguat pada sesi sebelumnya.
Dolar masih tetap berada di dekat level tertinggi tiga minggu, membatasi kenaikan mata uang Asia.
Dolar turun; ketegangan perdagangan meningkat akibat tarif mobil Trump
Presiden Trump pada hari Rabu mengumumkan pengenaan tarif 25% pada semua mobil impor dan suku cadang mobil yang tidak diproduksi di dalam AS, efektif mulai 2 April.
Langkah ini bertujuan untuk mendorong produsen mobil mengalihkan produksi ke fasilitas domestik dan mengurangi defisit perdagangan.
Meskipun tarif secara teoritis dapat memperkuat dolar dengan memperbaiki neraca perdagangan, ketidakpastian yang berlaku seputar kebijakan perdagangan pemerintah dan kekhawatiran bahwa tarif ini mungkin memicu resesi telah memberikan tekanan ke bawah pada mata uang tersebut.
Sentimen ini diperparah oleh contoh keputusan Trump yang sebelumnya berfluktuasi dan ketakutan akan konflik perdagangan yang semakin meningkat.
Selain itu, Trump akan menerapkan tarif timbal balik pada 2 April.
Laporan media baru-baru ini menunjukkan bahwa Presiden Donald Trump mungkin menerapkan pendekatan yang lebih selektif terhadap tarif timbal balik mulai bulan depan.
Mata uang Asia naik sedikit saat dolar turun; kekhawatiran tarif membatasi kenaikan
Mata uang Asia sedikit lebih tinggi setelah serangkaian penurunan. Namun, kenaikan terbatas karena investor berhati-hati menjelang tarif Trump yang baru.
Pasangan onshore yuan Tiongkok USD/CNY turun 0,1%, sementara pasangan offshore USD/CNH turun 0,2%.
Pasangan yen Jepang USD/JPY turun 0,3%
Pasangan won Korea Selatan USD/KRW turun 0,3%.
Pasangan dolar Singapura USD/SGD turun 0,1%, sementara peso Filipina USD/PHP kehilangan 0,3%.
Pasangan rupee India USD/INR turun 0,1%.
Pasangan dolar Australia AUD/USD naik 0,2%, sehari setelah data inflasi yang mereda memperkuat ekspektasi penurunan suku bunga oleh Reserve Bank of Australia.
Pasangan rupiah Indonesia USD/IDR turun 0,1%, tetapi tetap berada di dekat puncak 27 tahunnya yang dicapai awal pekan ini.
Artikel ini diterbitkan oleh investing.com