Investing.com – Harga minyak naik dari penurunan baru-baru ini di perdagangan Asia pada hari Selasa, didukung oleh prospek pasokan yang berpotensi lebih ketat dalam beberapa bulan mendatang, bahkan ketika meredanya ketegangan atas perang Iran-Israel membuat para pedagang memperkirakan premi risiko pada minyak mentah.
Harga minyak mentah merosot ke posisi terendah lebih dari tiga minggu pada hari Senin di tengah meningkatnya keyakinan bahwa Iran dan Israel tidak akan berperang habis-habisan. Kekhawatiran akan skenario seperti itu telah menjadi pendorong utama kenaikan harga minyak dalam beberapa sesi terakhir.
Namun para pedagang masih melihat pasar minyak semakin ketat dalam beberapa bulan mendatang, terutama setelah pembatasan produksi baru-baru ini dari Rusia, dan karena permintaan bahan bakar AS meningkat seiring dengan musim semi.
AS juga terlihat memperketat sanksi ekspor minyaknya terhadap Iran.
Brent oil futures yang akan berakhir pada bulan Juni naik 0,4% menjadi $87,39 per barel, sementara West Texas Intermediate crude futures naik 0,5% menjadi $82,32 per barel pada pukul 20:53 WIB (00:53 GMT). Kedua kontrak mencapai level terendah selama lebih dari tiga minggu pada hari Senin, tetapi mengakhiri hari ini di luar level terendah tersebut.
Para pedagang terlihat memperhitungkan premi risiko dari harga minyak
Iran memberikan sedikit indikasi bahwa mereka berencana untuk segera membalas Israel atas serangan baru-baru ini, dan juga meremehkan dampak penuh dari serangan tersebut.
Hal ini mendorong harapan bahwa kedua negara akan meredakan permusuhan, sehingga memberikan prospek yang lebih stabil untuk kondisi geopolitik di Timur Tengah. Skenario ini membuat para trader mulai secara stabil menetapkan premi risiko dari harga minyak.
Kekhawatiran akan perang Iran-Israel telah mendorong harga minyak mendekati level tertinggi enam bulan di awal bulan April, karena pasar bertaruh pada gangguan pasokan yang berasal dari perang yang lebih luas di Timur Tengah.