Harga Minyak Mentah mengalami penurunan setelah sebelumnya mencatatkan kenaikan signifikan, terpicu oleh kekhawatiran atas ketegangan geopolitik di Timur Tengah. Reli harga minyak ini dipicu oleh krisis yang melibatkan Israel dan Iran, yang membuat Brent sempat menembus angka $80 per barel untuk pertama kalinya dalam beberapa bulan terakhir. Namun, seiring waktu berlalu tanpa adanya eskalasi lebih lanjut dari Israel terhadap serangan rudal Iran minggu lalu, ketegangan geopolitik mulai mereda. Para trader mengambil posisi hati-hati sambil menunggu perkembangan selanjutnya, mengingat potensi dampak terhadap pasokan energi global dan situasi politik di AS.
Fokus Beralih ke Permintaan China
Di tengah meredanya ketegangan Timur Tengah, perhatian pelaku pasar kembali terarah pada faktor permintaan minyak dari China. Harapan pasar pada kebijakan stimulan baru dari pemerintah China tidak terpenuhi setelah pengarahan oleh Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional mereka. Keadaan ini memberikan tambahan beban pada harga minyak. “Minyak tampaknya belum mendapatkan dorongan yang cukup dari China dibandingkan dengan pasar ekuitas mereka,” ujar Vishnu Varathan, kepala ekonomi Asia dan strategi di Mizuho Bank.
Profit Taking Setelah Reli
Di sisi lain, pelemahan harga dapat dilihat sebagai langkah profit taking setelah reli kuat yang dipicu oleh prospek ketidakstabilan di Timur Tengah. Pada hari Selasa, kontrak Brent turun 1,4% ke $79,80 per barel, dan U.S. crude futures (WTI) turun 1,5% menjadi $76,00 per barel. Kedua kontrak ini telah meningkat lebih dari 3% pada hari Senin, mencapai level tertinggi sejak akhir Agustus, setelah mengalami lonjakan 8% selama pekan sebelumnya—kenaikan mingguan terbesar dalam lebih dari setahun.
Data Inventaris Minyak AS dan Stabilitas Pasokan Global
Pelaku pasar terus mengamati data inventaris minyak mentah AS terbaru dari American Petroleum Institute, yang diproyeksikan meningkat 1,9 juta barel. Di tingkat global, meskipun kekhawatiran atas pasokan sempat meningkat, kapasitas cadangan OPEC dan stabilitas pasokan minyak dunia menunjukkan pengenduran kekhawatiran itu. Dalam konteks yang kompleks ini, pasar terus memantau perkembangan geopolitik dan kebijakan ekonomi global yang berpotensi mempengaruhi harga minyak di masa mendatang.