Investing.com – Harga minyak naik tipis di perdagangan Asia pada hari Kamis, sedikit pulih dari level terendah dua bulan di sesi sebelumnya, karena investor menilai dampak dari ancaman tarif baru dari Presiden Donald Trump dan menganalisis laporan inventaris AS yang beragam.
Minyak Brent Berjangka naik 0,3% menjadi $72,77 per barel pada pukul 21.55 WIB (02.55 GMT), sementara minyak mentah WTI Berjangka yang akan berakhir pada bulan Maret juga naik 0,4% menjadi $68,53 per barel.
Pasar minyak AS mengalami penurunan harga minyak mentah dan surplus produk sulingan – EIA
Administrasi Informasi Energi AS (EIA) merilis laporan mingguan pada hari Rabu, menyajikan gambaran bernuansa pasar minyak saat ini yang mencerminkan interaksi yang kompleks antara faktor penawaran dan permintaan.
Untuk minggu yang berakhir pada 21 Februari, persediaan minyak mentah AS turun 2,3 juta barel, berbeda dengan ekspektasi para analis yang memperkirakan kenaikan 2,6 juta barel, yang menunjukkan skenario pasokan yang lebih ketat.
Pada saat yang sama, input kilang naik 317.000 barel per hari, dengan kilang yang beroperasi pada 86,5% kapasitas, mengindikasikan peningkatan aktivitas penyulingan.
Terlepas dari penurunan persediaan minyak mentah, laporan tersebut juga menyoroti peningkatan stok produk olahan yang tidak terduga. Persediaan bensin meningkat 400.000 barel menjadi 248,3 juta barel, sementara stok bahan bakar distilat mengalami kenaikan signifikan sebesar 3,9 juta barel, mencapai 120,5 juta barel.
Kenaikan ini menunjukkan bahwa meskipun kilang-kilang memproses lebih banyak minyak mentah, permintaan untuk produk akhir seperti bensin dan distilat mungkin tidak dapat mengimbangi, sehingga menyebabkan stok yang lebih tinggi.
Data yang beragam ini menghadirkan skenario yang kompleks bagi para investor. Reaksi pasar sangat berhati-hati karena harga minyak baru-baru ini mengalami volatilitas, dengan kekhawatiran akan kondisi ekonomi global dan perkembangan geopolitik.
Trump mencabut izin Chevron untuk beroperasi di Venezuela
Presiden Donald Trump telah mencabut izin Chevron Corp (NYSE:CVX) untuk beroperasi di Venezuela, dengan alasan kegagalan Presiden Nicolás Maduro dalam memajukan reformasi pemilihan umum dan mempercepat kembalinya para migran yang dideportasi.
Keputusan ini, yang berlaku efektif pada 1 Maret 2025, menghentikan ekspor Chevron sekitar 240.000 barel per hari minyak mentah Venezuela, lebih dari seperempat produksi minyak negara tersebut.
Langkah ini telah menyebabkan kenaikan harga minyak karena pasar mengantisipasi pasokan minyak mentah yang lebih ketat.
Ancaman tarif Trump dan potensi perundingan damai Rusia-Ukraina membatasi keuntungan
Presiden Donald Trump menegaskan kembali rencana untuk memberlakukan tarif pada impor energi dari Meksiko dan Kanada, dengan produk Kanada menghadapi bea masuk 10% dan impor Meksiko dikenakan tarif 25%.
Meskipun tanggal penerapannya masih belum pasti, langkah ini telah menambah volatilitas pada pasar minyak. Dia juga mengancam tarif pada barang-barang Uni Eropa, meningkatkan kekhawatiran investor.
Selain itu, upaya Trump baru-baru ini untuk memediasi perundingan damai antara Rusia dan Ukraina telah menyebabkan tekanan ke bawah pada harga minyak.
Potensi penyelesaian konflik ini meningkatkan ekspektasi peningkatan ekspor minyak Rusia, yang dapat mengurangi kekhawatiran pasokan dan menyebabkan penurunan harga.