Harga minyak mentah terus naik karena rencana tarif Venezuela oleh Trump memicu kekhawatiran terhadap pasokan.

Investing.com – Harga minyak mentah naik di perdagangan Asia pada hari Selasa setelah melonjak lebih dari 1% pada musim sebelumnya, karena Presiden AS Donald Trump mengancam akan memberlakukan tarif 25% pada negara-negara yang membeli minyak dan gas dari Venezuela.

Minyak Brent berjangka yang akan berakhir pada bulan Mei sebagian besar tidak berubah pada $73,05 per barel pada pukul 21.53 WIB (01.53 GMT), sementara minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) tidak berubah pada $68,65 per barel.

Kedua kontrak tersebut telah melonjak 1,2% pada musim sebelumnya setelah laporan menunjukkan bahwa Trump dapat mengambil pendekatan yang lebih sempit dan lebih bertarget terhadap tarif perdagangan bulan depan.

Kenaikan pada hari Selasa terbatas karena investor mempertimbangkan kombinasi faktor-faktor yang mempengaruhi skenario permintaan-penawaran, termasuk rencana OPEC+ untuk meningkatkan produksi minyak, dan perundingan damai Rusia-Ukraina yang ditengahi oleh AS.

Rencana tarif Trump untuk pembeli minyak Venezuela memicu kekhawatiran gangguan pasokan
Presiden Trump pada hari Senin mengumumkan pengenaan tarif 25% untuk semua impor dari negara-negara yang membeli minyak atau gas dari Venezuela, yang berlaku efektif pada tanggal 2 April.

Langkah ini bertujuan untuk memberikan tekanan ekonomi kepada pemerintah Venezuela, yang dipimpin oleh Presiden Nicolás Maduro, yang dituduh oleh pemerintah AS telah melakukan tindakan permusuhan dan merongrong lembaga-lembaga demokratis.

Ekspor minyak Venezuela adalah komponen penting dari ekonominya, dengan pembeli utama termasuk China, AS, dan India.

“Venezuela memproduksi 918 ribu b/d minyak mentah pada bulan Februari, naik dari 760 ribu b/d pada tahun 2023, sementara itu mengekspor sekitar 750 ribu b/d. Dengan demikian, langkah ini dapat berarti pengetatan yang cukup besar dalam neraca minyak global,” kata analis ING dalam sebuah catatan

OPEC+ akan melanjutkan rencana kenaikan produksi di bulan Mei
Negara-negara penghasil minyak termasuk Rusia dan sekutu-sekutunya, OPEC+, kemungkinan besar akan tetap melanjutkan rencana mereka untuk meningkatkan produksi minyak sebesar 135.000 barel per hari di bulan Mei, menandai kenaikan bulanan kedua berturut-turut, Reuters melaporkan pada hari Selasa dengan mengutip beberapa sumber.

Namun, kartel ini minggu lalu mengumumkan bahwa tujuh negara anggota akan menerapkan pengurangan produksi minyak tambahan untuk mengkompensasi kelebihan produksi sebelumnya.

Pengurangan ini, mulai dari 189.000 hingga 435.000 barel per hari (bph), akan terus berlanjut hingga Juni 2026, menurut jadwal yang baru.

Langkah ini diharapkan dapat mengimbangi rencana peningkatan produksi bulanan kelompok ini yang dijadwalkan akan dimulai bulan depan.

Pembicaraan perdamaian Rusia-Ukraina menjadi fokus
Selain itu, para investor juga menilai perkembangan perundingan damai Rusia-Ukraina yang ditengahi oleh AS. Perundingan damai ini, jika berhasil, dapat menyebabkan peningkatan suplai minyak Rusia, yang berpotensi menekan harga minyak.

Laporan-laporan media menunjukkan bahwa para pejabat AS dan Rusia telah menyelesaikan pembicaraan pada hari Senin mengenai gencatan senjata di Laut Hitam yang diusulkan antara Kyiv dan Moskow, sebagai bagian dari dorongan Washington untuk perundingan perdamaian yang lebih luas.

Diskusi ini, yang dipandang sebagai langkah dalam upaya Presiden Donald Trump untuk mengakhiri perang tiga tahun, bertujuan untuk meredakan ketegangan maritim.

Artikel ini diterbitkan oleh Investing.com

Artikel Terkait