Harga Emas Merayap Naik Lagi karena Dua Faktor Ini

Harga emas kembali menggeliat naik awal pekan ini, mencatat peningkatan signifikan setelah melewati enam hari berturut-turut mengalami penurunan. Pendorong utama kenaikan ini adalah melemahnya dolar AS dan meningkatnya ketegangan geopolitik, terutama konflik antara Rusia dan Ukraina. Pada Selasa (19/11) 6.20 WIB, XAU/USD tercatat kembali di level $2.611 – $2.612.

Dampak Geopolitik dan Dolar AS

Ketegangan geopolitik memberikan dorongan kuat bagi permintaan emas sebagai aset safe-haven. Keputusan terbaru dari pemerintahan Presiden AS Joe Biden untuk mengizinkan penggunaan rudal jarak jauh di Ukraina untuk menyerang wilayah Rusia meningkatkan risiko eskalasi di kawasan tersebut. Langkah ini diambil setelah pengerahan ribuan pasukan Korea Utara untuk mendukung Rusia, menambahkan tekanan terhadap situasi global yang sudah tegang.

Di sisi lain, dolar AS mengalami pelemahan setelah sebelumnya mencapai level tertinggi dalam setahun berkat kebijakan perdagangan dan fiskal Presiden-terpilih Donald Trump yang dianggap bisa memicu inflasi. Dengan pelemahan sebesar 0,38% pada Indeks Dolar AS (DXY), emas, yang diperdagangkan dalam dolar, menjadi lebih menarik bagi pemegang mata uang lain.

Kebijakan Fed dan Prospek Suku Bunga

Meski ada ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh Fed pada bulan Desember, data terbaru menunjukkan pelonggaran dari kemungkinan tersebut, dengan probabilitas pemangkasan 25 basis poin menurun dari 82% menjadi 62%. Pasar tengah menunggu data ekonomi AS yang akan dirilis pekan ini, termasuk data perumahan, klaim pengangguran awal, dan pembacaan akhir Sentimen Konsumen UoM untuk bulan November.

Ketua Fed Boston, Susan Collins, menyatakan bahwa tidak ada kebutuhan mendesak untuk memangkas suku bunga, sementara Presiden Fed Chicago, Austan Goolsbee, menekankan bahwa bank sentral tetap fleksibel dalam menentukan arah kebijakan ke depan. Dalam kondisi ini, spekulasi bahwa perselisihan mengenai tingkat suku bunga “netral” dapat mendukung pemangkasan yang lebih lambat, tetap menjadi pertimbangan serius di kalangan investor.

Artikel ini diterbitkan oleh investing.com

Artikel Terkait