Harga Emas Melanjutkan Tren Kenaikan Dipicu Tensi Rusia – Ukraina – AS

Harga Emas terus menguat, XAU/USD kini melampaui $2.635 per 8.55 WIB, didorong oleh meningkatnya ketegangan geopolitik antara Rusia dan Ukraina. Pergerakan positif pada logam mulia ini terjadi setelah Presiden Rusia Vladimir Putin menandatangani dekrit baru yang merevisi doktrin nuklir negara tersebut. Perubahan ini dilakukan dua hari setelah Presiden AS Joe Biden mengizinkan Ukraina untuk menggunakan senjata buatan AS untuk menyerang wilayah Rusia. Tindakan ini telah menandai eskalasi ketegangan yang signifikan di kawasan tersebut, mendorong investor untuk beralih ke aset safe-haven seperti emas.

Pembaruan Doktrin Nuklir Rusia dan Respons Global

Putin menyetujui perubahan dalam doktrin nuklir Rusia dengan menegaskan bahwa serangan dari negara non-nuklir yang didukung oleh kekuatan nuklir akan dianggap sebagai serangan gabungan terhadap Rusia. Juru Bicara Kremlin, Dmitry Peskov, menyatakan bahwa ini memungkinkan Rusia untuk menggunakan senjata nuklir dalam keadaan dimana ancaman kritis terhadap kedaulatan atau integritas teritorialnya terdeteksi. Langkah ini mencerminkan upaya Rusia untuk memberikan sinyal kuat kepada pimpinan Barat tentang risiko eskalasi konflik.

Pernyataan ini semakin ditekankan ketika Rusia mengklaim bahwa Ukraina telah meluncurkan rudal ATACMS buatan AS ke wilayah Bryansk di Rusia. Jika dikonfirmasi, ini akan menjadi penggunaan pertama senjata tersebut sejak izin yang diberikan oleh Biden, yang dianggap Rusia sebagai eskalasi yang berbahaya terhadap konflik di Ukraina. Pembaruan doktrin nuklir ini dibuat untuk memberikan kredibilitas tambahan terhadap ancaman eskalasi yang sering diungkapkan Rusia, terutama di saat-saat ketegangan meningkat di tengah bantuan militer Barat untuk Ukraina.

Dampak Ekonomi dan Prospek Kebijakan Fed

Ketidakstabilan yang disebabkan oleh situasi geopolitik ini menguatkan permintaan untuk emas dan aset safe-haven lainnya, meskipun dolar AS menunjukkan kinerja kuat. Di sisi lain, kebijakan proteksionis yang diantisipasi dari Presiden-terpilih Donald Trump, yang mengindikasikan kenaikan tarif impor dan penurunan pajak, mendorong ekspektasi inflasi lebih tinggi. Hal ini diperkirakan akan mengecilkan ruang gerak Federal Reserve dalam memangkas suku bunga lebih lanjut.

Artikel Terkait