Harga Emas Masih Tertekan Trump, Namun Mulai Stabil Setelah Rilis Data PPI

Harga emas pada Jumat pagi di sesi trading Asia mulai stabil di kisaran $2.565 – $2.570 per 6.58 WIB. XAU/USD terus mengalami tekanan dalam beberapa pekan terakhir, dengan penurunan hampir mencapai 7.0% di bulan November ini. Pergerakan ini bertepatan dengan pergolakan politik di Amerika Serikat yang dipicu oleh kemenangan Donald Trump dalam pemilu, yang berdampak signifikan pada dolar AS dan, secara implisit, pada harga emas.

Dolar AS dan Investasi yang Berubah Arah

Kembalinya Donald Trump ke Gedung Putih membawa dampak besar pada pasar keuangan internasional. Pengumuman kebijakan potensial seperti pemotongan pajak dan pengenaan tarif dagang yang lebih tinggi telah mendorong penguatan dolar AS ke posisi puncaknya. Kondisi ini membuat emas yang biasanya dihargai dalam dolar menjadi kurang menarik bagi investor global, sehingga harga melorot di bawah $2,560 per ounce untuk pertama kalinya dalam delapan minggu.

Inflasi dan Suku Bunga: Faktor Penentu

Inflasi tetap menjadi perhatian utama, dengan data terbaru menunjukkan laju kenaikan harga yang stabil meskipun ada sedikit peningkatan di sektor jasa dan tempat tinggal. Laporan Indeks Harga Produsen (PPI) terbaru menunjukkan kenaikan tak terduga sebesar 2.4% secara tahunan, melampaui prediksi para analis. Ketua Federal Reserve, Jerome Powell, menegaskan bahwa tidak ada urgensi untuk menurunkan suku bunga secara signifikan saat ini. Ia juga yakin bahwa inflasi akan menuju target 2% yang diharapkan.

Namun, pasar masih mengantisipasi kebijakan suku bunga lebih lanjut. Data futures dari Chicago Board of Trade kini menunjukkan peluang sebesar 72% bahwa Fed akan memangkas suku bunga 25 basis poin pada pertemuan Desember mendatang.

Dinamika Emas di Tengah Ketidakpastian Politik

Ekspektasi bahwa administrasi Trump akan melonggarkan regulasi mata uang kripto telah mendorong investor untuk beralih ke aset spekulatif seperti Bitcoin, yang mencetak rekor tertinggi baru di atas $90,000. Di sisi lain, investor besar tampaknya mulai mengurangi posisi panjang emas mereka, beralih ke pasar saham yang juga sedang melonjak karena prospek pengurangan pajak korporasi dan regulasi yang lebih longgar.

Pengurangan investasi dalam Exchange Traded Funds (ETF) emas turut menekan harga logam mulia ini, dengan outflows mencapai $809 juta di awal November, meskipun ada aliran masuk dari Asia yang sebagian mengimbangi. Di Tiongkok, permintaan emas melemah karena perlambatan ekonomi yang diprediksi akan semakin cepat akibat ketegangan dagang dengan AS yang kemungkinan meningkat di bawah pemerintahan Trump.

Ketegangan Geopolitik dan Permintaan Akan Emas

Meski demikian, emas tetap menjadi pilihan saat risiko geopolitik meningkat. Kebijakan Trump yang kontroversial, termasuk penunjukan Mike Huckabee sebagai Duta Besar untuk Israel, dapat memperkeruh ketegangan di Timur Tengah. Huckabee, yang dikenal sebagai Zionis dan pendukung kuat Perdana Menteri Israel Benyamin Netanyahu, tidak mendukung solusi dua negara bagi masalah Israel-Palestina.

Di kawasan lain, seperti Korea Selatan dan Ukraina, perubahan kebijakan luar negeri dapat menghasilkan dinamika baru yang berpengaruh terhadap pasar. Ketegangan yang meningkat dapat membuka kembali penyaluran dana ke aset safe-haven seperti emas, meskipun untuk saat ini pergolakan tersebut lebih banyak menawarkan tantangan daripada peluang.

Secara keseluruhan, harga emas menghadapi tantangan berat di tengah situasi ekonomi dan politik yang terus berubah. Sementara beberapa investor mungkin melihat fluktuasi ini sebagai peluang, yang lainnya terus menilai ulang posisi mereka terhadap logam mulia ini seiring perkembangan baru yang muncul dari kebijakan dalam dan luar negeri pemerintahan AS yang baru.

Artikel ini diterbitkan oleh investing.com

Artikel Terkait