Harga emas mencapai tingkat tertinggi dalam sejarah, dan XAU/USD mengakhiri pekan ini pada level $2,720 per ounce. Lonjakan ini dipicu oleh permintaan global untuk aset safe-haven seiring dengan naiknya ketidakpastian pada berbagai aspek makro, khususnya terkait ekspektasi pengurangan suku bunga lebih lanjut dari bank sentral utama serta ketegangan Timur Tengah yang belum mereda.
Terakhir, bank Sentral Eropa telah memangkas suku bunga untuk ketiga kalinya tahun ini, menurunkan suku bunga deposito menjadi 3,25% sesuai perkiraan, dan menyatakan bahwa proses disinflasi ‘berjalan sesuai jalur.’ Ketegangan yang meningkat di Timur Tengah semakin mendorong harga emas, terutama setelah pihak militer Israel mengonfirmasi kematian Yahya Sinwar, seorang pemimpin utama Hamas. Situasi ini meningkatkan kekhawatiran akan eskalasi regional, sehingga investor beralih ke emas demi keamanan investasi.
Pengaruh Kebijakan Moneter AS terhadap Harga Emas
Ekspektasi kebijakan moneter yang lebih longgar turut menjadi faktor penggerak utama di balik melonjaknya harga emas. Bulan lalu, Federal Reserve AS memangkas suku bunga untuk pertama kalinya dalam lebih dari empat tahun, dan peluang untuk pemangkasan lebih lanjut bulan depan tercatat lebih dari 90%, menurut alat ukur sentimen pasar CME FedWatch Tool.
Suku bunga yang lebih rendah meningkatkan daya tarik emas, karena logam mulia ini tidak memberikan bunga dengan sendirinya. Harga emas yang tinggi menjadi lebih menarik bagi investor yang ingin melindungi nilai asetnya dalam kondisi ekonomi yang tidak pasti.
Pemilu AS dan Ketidakpastian Politik
Faktor lain yang mendorong harga emas ke level tertinggi adalah ketidakpastian yang disebabkan oleh pemilihan presiden di AS. Ketidakpastian ini mendorong investor mencari perlindungan di emas, aset yang telah lama dipandang tahan terhadap fluktuasi besar dalam kinerja ekonomi global.
Kurangnya konsensus pasar tentang hasil pemilihan presiden AS menambah lapisan baru ketidakpastian, menciptakan lingkungan di mana emas sebagai aset safe-haven menjadi lebih menarik bagi investor.
Proyeksi dan Tantangan di Masa Depan
Meski harga emas telah melonjak, analis memperingatkan tentang potensi fluktuasi. Max Layton, kepala riset komoditas global di Citi, memproyeksikan harga emas bisa mencapai $3,000/oz dalam 6-12 bulan ke depan, didorong oleh meningkatnya permintaan investasi di ETF akibat ketidakpastian ekonomi tinggi di AS dan Eropa.
Meskipun pembelian emas oleh bank sentral telah melambat di pertengahan tahun ini, potensi kenaikan harga emas masih ada. The Central Bank of China, yang pernah menjadi pembeli terbesar emas, kini telah menghentikan pembelian selama lima bulan terakhir, menambah ketidakpastian pada proyeksi harga emas di masa depan.
Perspektif Pekan Depan: Katalis yang Dinanti Pasar
Melihat ke depan, investor akan mencermati faktor-faktor lain yang berpotensi menjadi katalis pergerakan harga emas. Jika ketidakpastian geopolitik bertahan dan prospek pemangkasan lebih lanjut dari bank sentral terus berlanjut, harga emas berpotensi untuk naik lebih tinggi. Selain itu, pada pekan depan investor akan mengamati pidato beberapa pejabat Fed seperti Kashkari, Logan, Harker, Schmid; serta khususnya rilis “Fed Beige Book” yang akan memberi sinyal tambahan arah kebijakan Fed pada siklus pemangkasan berikutnya di November.
Tidak hanya emas, pergerakan harga perak dan platinum menunjukkan tren positif. Perak diperkirakan akan naik ke $35/oz dalam tiga bulan ke depan. Dengan semua faktor ini, logam mulia tetap menjadi pilihan utama untuk melindungi dan melakukan diversifikasi portofolio di tengah ketidakstabilan ekonomi global yang terus berlanjut.