Dolar AS menghadapi volatilitas saat investor menantikan panduan lebih lanjut tentang kebijakan Presiden AS Donald Trump, terutama terkait tarif. Pernyataan terbaru Trump yang menunjukkan kemungkinan tarif impor sebesar 25% pada barang dari Kanada dan Meksiko mulai Februari memicu respons tajam di pasar mata uang dan aset berisiko, meskipun sentimen investor pada saham menunjukkan peningkatan.
Pengaruh Kebijakan dan Reaksi Pasar
Indeks Dolar AS (US Dollar Index) diperdagangkan sedikit di atas 108.00 per Rabu (22/1) pagi pada pembukaan sesi trading Asia, tetapi bisa kembali mencatat kerugian jika tekanan jual meningkat. Meskipun ekonomi AS terus menunjukkan kinerja unggul, perubahan kebijakan yang tiba-tiba dari Trump dapat merusak upaya pemulihan Dolar dalam jangka pendek. Imbal hasil obligasi AS 10-tahun mengalami penurunan menuju 4.60% setelah mencapai puncak lebih dari satu tahun di 4.8% pada 14 Januari. Penurunan ini mencerminkan penurunan minat risiko karena investor mengevaluasi dampak kebijakan tarif yang diusulkan Trump.
Prospek Kebijakan Moneter dan Harapan Pasar
Sikap Fed yang bergantung pada data tetap utuh, dengan konsensus pasar condong ke arah kemungkinan pemotongan suku bunga pada bulan Juni jika inflasi moderat. Data terkini mengimplikasikan probabilitas 55% untuk suku bunga yang tidak berubah pada bulan Mei, dengan kemungkinan pemotongan suku bunga pada kuartal ketiga. Komentar Trump tentang tarif tidak segera mengancam pembatasan perdagangan dengan China. Akibatnya, kini trader mulai memproyeksikan bahwa pemerintahan Trump kali ini bisa jadi dapat lebih berhati-hati dalam memberlakukan tarif, berbeda dari pendekatan agresif terhadap tarif yang ditampilkan ketika kampanye.