Ketika Federal Reserve bersiap untuk merilis hasil stress test tahunannya pada hari Rabu ini, bank-bank besar di Amerika Serikat diperkirakan akan mempertahankan cadangan modal yang cukup untuk menangani potensi penurunan ekonomi. Namun, mereka cenderung konservatif dengan pembayaran kepada pemegang saham karena ketidakpastian ekonomi dan regulasi saat ini, menurut analis industri.
Stress test dirancang untuk mengevaluasi berapa banyak modal yang dibutuhkan pemberi pinjaman untuk bertahan dalam kemerosotan ekonomi yang parah dan menentukan berapa banyak yang dapat mereka kembalikan kepada para investor melalui dividen dan pembelian kembali saham. Evaluasi ini sangat relevan karena tahun lalu ada tiga bank besar yang mengalami kegagalan, dan karena kenaikan suku bunga Federal Reserve memberikan tekanan pada bank-bank regional, terutama yang mempengaruhi portofolio dan margin commercial real estate (CRE) mereka. Selain itu, melemahnya permintaan konsumen juga berkontribusi pada pandangan yang hati-hati terhadap arah perekonomian.
Tahun ini, 32 pemberi pinjaman sedang menjalani stress test, dengan raksasa Wall Street seperti JPMorgan Chase (NYSE: JPM), Citigroup, Bank of America, Goldman Sachs, Wells Fargo, dan Morgan Stanley sedang menjalani pemeriksaan yang ketat. Analis dari Keefe, Bruyette & Woods (KBW) mengantisipasi bahwa Citigroup dan Goldman Sachs, bersama dengan pemberi pinjaman yang lebih kecil, M&T Bank (NYSE: MTB), dapat menunjukkan kinerja yang kuat karena adanya penyesuaian komposisi neraca keuangan.
Pemberi pinjaman menengah, termasuk Citizens, KeyCorp (NYSE: KEY), dan Truist, juga diperkirakan akan menarik perhatian selama pengujian, seperti halnya Discover Financial Services (NYSE: DFS), yang baru-baru ini menghadapi masalah kepatuhan yang meningkatkan profilnya sebagai target akuisisi potensial.
Juru bicara KeyBank menyoroti kapitalisasi bank yang solid, kualitas kredit yang kuat, dan sumber pendanaan yang beragam, serta profil risiko yang moderat. Sementara itu, juru bicara bank-bank lain seperti Wells Fargo, Citi, Morgan Stanley, Truist, dan M&T Bank menolak berkomentar mengenai hasil stress test yang akan datang, dan beberapa bank lainnya tidak menanggapi pertanyaan.
Industri ini secara umum berkinerja baik dalam beberapa tahun terakhir, tetapi The Fed telah menghadapi kritik karena tidak menilai ketahanan pemberi pinjaman terhadap suku bunga yang lebih tinggi secara memadai, sebagaimana dibuktikan oleh kegagalan bank pada tahun 2023. Para analis memperkirakan bahwa ke-32 bank akan menunjukkan tingkat modal di atas minimum yang ditentukan oleh peraturan. Pada skenario tahun sebelumnya, bank-bank yang diuji akan mengalami kerugian sebesar $541 miliar pada penurunan yang parah namun masih memiliki modal lebih dari dua kali lipat dari modal yang disyaratkan oleh peraturan Federal Reserve.
Skenario stress test tahun 2024 memiliki tingkat keparahan yang sama dengan tahun 2023, dengan proyeksi peningkatan tingkat pengangguran dan penurunan tajam di pasar saham dan obligasi, meskipun dengan penurunan yang tidak terlalu parah pada harga rumah dan ekonomi secara keseluruhan. Penurunan harga CRE sebesar 40% juga disertakan, yang mencerminkan kekhawatiran yang sedang berlangsung mengenai sektor ini, terutama untuk bank-bank regional.
Stress test menentukan ukuran stress capital buffer (SCB) masing-masing bank, sebuah lapisan modal tambahan yang disyaratkan oleh the Fed untuk menutupi potensi penurunan di atas modal operasional harian. Analis dari Piper Sandler dan KBW menunjukkan bahwa SCB kemungkinan akan tetap stabil untuk sebagian besar bank, meskipun buffer Citigroup dan Goldman Sachs dapat menurun karena perubahan eksposur investasi mereka. Sebaliknya, KeyCorp dan Truist mungkin akan mengalami peningkatan SCB karena potensi dampak pendapatan.
Investor dan analis akan memantau dengan seksama kinerja kredit CRE bank, dengan bank-bank regional yang mendapat sorotan khusus dibandingkan dengan pemberi pinjaman yang lebih besar. Menurut kepala pemeringkat bank-bank Amerika Utara Fitch, Christopher Wolfe, bank-bank telah mencadangkan hingga 10% untuk portofolio kredit perkantoran, yang mengindikasikan bahwa CRE akan menjadi fokus yang signifikan dalam evaluasi yang akan datang.